Tulisan ini pertama saya lihat di grup kampung mandar Banyuwangi
tapi sekarang sudah dihapus
Sejarah Kampung Mandar
Di Bumi Blambangan (Banyuwangi)
Datuk Puang Daeng "Kapitan Galak"
Kampung Mandar adalah salah satu kampung tertua yang berada di Kabupaten Banyuwangi kota. Kampung yang terletak di pesisir Banyuwangi kota ini ,memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dilepaskan dari era Kerajaan Blambangan dan era Kolonialisme. Saat itu Banyuwangi masih berada pada masa kerajaan Blambangan dan masuknya suku mandar sendiri diperkirakaan pada abad 16/17 atas permintaan Raja Blambangan pada masa itu ,Raja Tawang Alun II (sekitar tahun 1650an,saat Ibukota Blambangan di Macan Putih) yang memang punya hubungan diplomatis yang baik dengan kerajaan-kerajaan di Sulawesi khususnya.
Menurut tutur dari keturunan langsung orang pertama yang membuka dan menempati wilayah kala itu juga diperkuat dari tulisan lontara yang isinya menceritakan pada masa peperangan dahulu kala ,DATUK KARAENG PUANG DAENG KAPITAN GALAK bersama adik lakilakinya yang bernama DATUK KARAENG PUANG DAENG KAPITAN MACAN beserta juga kerabat sanak saudara dan pasukannya berlayar menuju pulau Jawa dari pulau Sulawesi. Yang kemudian Datuk Karaeng Puang Daeng Macan dan sebagian kerabat dan pasukan mendiami wilayah Pasuruan yang lebih dikenal dengan nama Mandaranharjo. Sedangkan Datuk Karaeng Puang Daeng Kapitan Galak bersama kerabat lainya berlayar menuju ujung timur pulau Jawa dan menempati wilayah pesisir Banyuwangi yang memang disediakan oleh kerajaan Blambangan untuk menjaga wilayah tersebut dari serangan musuh Blambangan.
Sebagai petinggi yang pertama kali membuka lahan yang masyarakat lebih mengenal dengan sebutan Kampung Mandar hal tersebut dikarenakan wilayah tersebut didiami oleh suku Mandar. Pada awal masa itu untuk teritorial wilayah yang disebut "Mandaran" ini, di pesisir timur yang diberikan, -+ 7 km ke utara dan 7 km ke selatan, dengan titik 0 km berada di Kampung Mandar saat ini hingga mencakup daerah Tanjung sampai Pakis .
Seiring berjalannya waktu saat dibukanya jalur perdagangan di Kampung mandar pada abad 18/19 juga dihuni oleh warga dari suku Melayu, dari ethnis Arab, ethnis Tionghua kemudian suku madura .Yang kemudian keberadaan keturunan dari Datuk Karaeng Puang Kapitan Galak melakukan perkawinan dengan warga ethnis arab ethnis tionghua suku madura suku jawa dan juga suku osing (suku asli di kabupaten Banyuwangi) meskipun telah terjadi perkawinan campur akan tetapi Eksistensi dari keturunan Datuk Karaeng Puang Kapitan Galak masih bisa ditemui dan tidak bisa dilepaskan perannya dalam Dinamika bermasyarakat hingga saat ini hal tersebut ditandai dengan masih adanya Ritual Adat Saulak (Ritual untuk pernikahan. khitanan. hamil 7 bulanan) hingga Ritual Adat Petik Laut yang kesemuanya memiliki nilai sejarah mistis dan sakral yang dilakukan oleh masyarakat kampung mandar pada khususnya. Ritual ini wajib dilakukan turun menurun oleh keturunan dari suku mandar yang pelaku adatnya adalah keturanan langsung dari Datuk Karaeng Puang Daeng Kapitan Galak.
Dan seiring berjalannya waktu,
beberapa poin yang utama atas kedatangan orang-orang Timur dari Sulawesi
(Mandar khususnya,yg kemudian diikuti dengan suku bugis & makassar ) dengan tokoh sentral Datuk Kapitan Galak dan beserta keluarga,pasukan & rombongan nya di Blambangan diantaranya memberikan sumbangsih atas :
-Menjadi sekutu militer Blambangan
-Membangun wilayah perdagangan di Blambangan Timur Khususnya
-Menjadi salah satu simbol masuknya Islam
di Blambangan di Abad 17
-Turut menyebarkan Islam di Blambangan Timur (Banyuwangi Kota)
-Menjadi pembabat Alas & pemangku adat Istiadat di wiliyah Mandaran (khususnya Kampung Mandar saat ini)
Yang poin-poin di atas insyaAllah akan kami jabarkan dalam sebuah buku di masa mendatang.
Oleh : Masyarakat Adat Mandar ,
Kampung Mandar -Banyuwangi
Komentar
Posting Komentar