Sejarah Arung Keke (Jeneponto Sulsel)
Diperbarui: 26 Juni 2015 13:53
Istilah Turatea meliputi Jeneponto dan Takalar sebab Takalar adalah pecahan dari Jeneponto. Di Jeneponto yang kata asalnya berarti air gelang, dimasa lalu ada 4 kerajaan yg ada di Jeneponto, yaitu Binamu, Arungkeke, Kelara dan kerajaan Tarowang. Hanya saja yg paling unik dari 4 kerajaan ini ialah kerajaan Tarowang sebab walaupun pada awalnya ikut pada Gowa kemudian Bone pada akhirnya dia menjadi otonomi dan menjadi kerajaan kecil yg berdiri sendiri. [caption id="attachment_238533" align="alignleft" width="300" caption="Makam Salah Seorang Raja Jeneponto, Daeng Labbu (Dokumen Pribadi)"][/caption] Masyarakat Tarowang percaya bahwa ketika Sriwijaya/Majapahit? yg pasti orang Tarowang mengenalnya sebagai Karaeng Jawa (masih terjadi perdebatan) menguasai atau menaklukkan kerajaan Bantaeng atau Bonthain, terlebih dahulu kapal mereka berlabuh di pelabuhan Tarowang yg dulunya bernama Allu, tempat berlabuh tentara Jawa tersebut bernama Babana Tarowang, mereka di terima oleh raja Tarowang ( Karaeng Allu) dan diberi beberapa hektar tanah untuk menetap, tempatnya sekarang menjadi daerah nelayan, ternyata dari situlah kerajaan Majapahit/Sriwijaya? mengatur strategi menyerang bantaeng,dan akhirnya bantaeng kalah dan di jadikan daerah taklukkan Sriwijaya/Majapahit? yg mesti membayar upeti. Setelah mengalahkan Bantaeng, Karaeng Jawaya hendak jg menaklukkan Tarowang tetapi terjadi negosiasi dimana dalam proses penaklukkan tidak dengan perang tapI adu Tubarani (Pasempa) . Maka disepakatilah hal tersebut, jika Sriwijaya/Majapahit? kalah maka dia harus sesegera meninggalkan Tarowang tapi jika Tarowang kalah, Tarowang akan membayar upeti seperti halnya Bantaeng. Dalam adu Tubarani ternyata Tubarani Tarowang menang maka Sriwijaya/Majapahit? akhirnya pergi meninggalkan Tarowang, hal inilah yg diperingati tiap bulan Sapar setiap tahunnya di Tarowang sebagai hari jadi dan kemenangan, dalam acara tersebut diadakan acara Pasempa ( adu manusia ) selama 7 malam dan juga arak-arakkan benda pusaka,s erta ditampilkan bebrapa budaya tradisional. Sejarah Kerajaan Arungkeke diawali dengan munculnya wanita cantik yang bernama Tumanurung (Manusia yang turun dari Khayangan) Toalu’ Daeng Taba’ ia turun di Kerajaan Arungkeke tepatnya di bawah Pohon Asam sambil di temani oleh Pengawal dan budaknya sambil ia di ayun di bawah pohon tersebut ia konon Berasal dari emas dan semua alat-alat yang dipakainya berasal dari emas termasuk Baju, Mahkota, Lesung dan Alu, Perhiasan dan benda-benda yang lainnya. Saat ia muncul ia menggunakan Lesung dan Alu di bawah Pohon Asam maka dari itulah dari dulu sampai sekarang Pelantikan Raja Arungkeke di lakukan dibawah pohon asam sambil ia di ayun, disaat Pelantikan itulah suara gendang/ganrang bulo dan alat musik lainnya yang berusia beratus-ratus tahun lamanya di perdengarkan. Suara alat musik ini dikenal dengan nama Ganrang Talluna Arungkeke. Sejarah kedua ialah asal Nama Arungkeke yang berawal dari larinya Arung Mutara’ Daeng Tabba dari kerajaan Bone karena ia tidak jadi dilantik menjadi Arung Pone. Beliau membawa pelayan, prajurit, dan seluruh harta kekayaannya menuju Arungkeke dan setelah pelariannya dari Bone, ia dijadikan raja oleh rakyat. Setelah pelantikannya itu ia terpikat oleh salah satu anak karaeng yang bernama Karaeng Intang. Karaeng Intang melahirkan anak yang kelak meneruskan pemerintahan ayahnya sebagai Karaeng Arungkeke. Namun, ada juga versi lain yang mengatakan bahwa Arung Mutara’ lari karena ia tidak ingin terlibat dalam peperangan antara Kakaknya Arung Palakka dan Pamannya Sultan Hasanuddin Kata Arungkeke berasal dari Rajanya yang seorang bangsawan tinggi dari daerah Bugis dengan kerajaan Bone, lalu rakyat memutuskan kerajaan itu namanya menjadi Arungkeke. Arung dalam bahasa bugis adalah Penguasa/Raja. Di masa lalu, Arungkeke adalah daerah dimana Islam pertama kali disebarkan dan terkenal sebagai Serambi Mekahnya Jeneponto. Arungkeke juga sebuah kerajaan yang besar sama seperti Binamu, Bangkala dan Tarowang kerajaan ini diperhitungkan kebesarannya dan disegani di daerah Sulawesi Selatan. Dan daerah kekuasaannya meliputi Palajau, Bulo-bulo, Arungkeke Tamanroya, Arungkeke Pallantikang, Pettang dan satu Kerajaan Palili yaitu Kerajaan Bungeng yang kini menjadi Kecamatan Arungkeke. Arungkeke merupakan kerajaan exist di Sulawesi Selatan pada abad ke 17 berikut daftarnya: 1. Gowa 2. Mandar 3. Sanrobone (Takalar) 4. Bulo-bulo (Sinjai) 5. Arungkeke (Jeneponto) 6. Binamu (Jeneponto) 7. Suppa 8. Balanipa (Mandar) Arungkeke dari zaman dahulu tidak pernah di perintah oleh kerajaan-kerajaan besar manapun di Jeneponto tidak seperti Sidenre yang menjadi palili’ (kerajaan bawahan), dan juga tidak sama dengan Togo-togo yang menjadi Wanua (kerajaan yang di perintah langsung) oleh Binamu oleh karena itu strata kebangsawanan Arungkeke sama dengan kerajaan Binamu, Bangkala dan Tarowang. Saat terjadinya Perang Makassar, Arungkeke ikut melawan penjajah Belanda di bawah pimpinan Karaeng Arungkeke ke 12 yaitu Djarigau’ Karaeng Cambang mengibarkan bendera Kerajaan Arungkeke yang bergambar Ratu Pertama Kerajaan Arungkeke yang konon Seorang Wanita Cantik yang berasal dari Emas menggunakan lesung dan alu yang juga terbuat dari Emas, Beliau mengibarkannya ketika prajuritnya melihat penjajah dan pasukan Bugis di bukit dekat pantai Arungkeke dan bukit itu masih ada sampai sekarang. Dan di waktu perang sedang berkecamuk, rakyat dan Raja Arungkeke ikut dalam peperangan tersebut untuk membantu Gowa. Dalam Perang Makassar itu juga, Arungkeke bersama Bantaeng, kerajaan bawahan Arungkeke, dan kerajaan-kerajaan palili’ Gowa yang masih setia kepada Kerajaan Gowa untuk melawan Penjajah Belanda dan Para Sekutunya. Sebab Kerajaan Arungkeke membantu Gowa karena Kerajaan ini adalah Palili’ Gowa serta raja-raja terdahulunya banyak memperistri anak Raja Gowa dan banyak juga rajanya berasal dari Gowa. 1. Ratu/ Karaeng Baine Toalu’Daeng Taba Karaeng Arungkeke 2. Arung mutara’ Daeng/karaeng Tabba Kr.Arungkeke(asal Bone,adik Arung Pone) 3. Makkumala Daeng irawa Kr.Arungkeke(dari Bantaeng) 4. Daeng malonjo’ Kr.Arungkeke (dari Bantaeng) 5. Daeng mattinri Kr.Arungkeke Karaeng Pakadoa Karaeng Pakanre Bukkuru (Anak Karaeng Loeyya ri Bantaeng) 6. Supanara’Dg. Nara/Kr.Nara Kr.Arungkeke (Gantarang kindang Gowa) 7. Mannyaurang Dg. Tau’/Kr.Tau Kr.Arungkeke (Anak raja ke 6) 8. Danta’ mappasang/Mappa Daeng Pasang Karaeng toa Kr.Arungkeke (Anak karaeng Tarowang) 9. Pagonra dg.Momo’/Kr.Momo Kr.Arungkeke 10. Sallawa Dg.Sayu Karaeng assuluka Kr.Arungkeke 11. Pattoreang Dg.Kanna/Kr.Kanna Kr.Arungkeke 12. DJarigau’ Karaeng Cambang Kr.Arungkeke (dari Binamu-Gowa) 13. Makkodo’ karaeng Bukkuka Kr.Arungkeke 14. Kadieng Dg. Maro karaeng ponyaya Kr.Arungkeke 15. Jannang Dg. Rara/Kr.Rara Kr.Arungkeke 16. Timummmung dg. Mabatu karaeng Amadaka Kr.Arungkeke 17. Pabeta dg. Buang Karaeng tinggia Kr.Arungkeke 18. Jannang Dg.rara’/Kr.Rara Kr.Arungkeke 19. Pilla Karaeng loloa Kr.Arungkeke 20. Kadieng Karaeng Caddi Kr.Arungkeke 21. Lawing Dg. Palliwang Karaeng Ngilanga Kr.Arungkeke 22. Jannang dg.maro/Kr.Maro Kr.Arungkeke 23. Kuri Dg. Jalling Karaeng toaya Kr.Arungkeke 24. Mattuppuang Dg./karaeng loloa Kr.Arungkeke 25. Tempo Dg./Kr.Gau(Tunijallo Ripassuki) Kr.Arungkeke 26. A.Burhan gassing Dg./Kr.Gassing Kr.Arungkeke 27. Mahdi kulle Dg./Kr.kulle Kr.Arungkeke 28. Rudda Dg./Kr.Moke Kr.Arungkeke 29. Muh.Yunus Dg./Kr.Nojeng Kr.Arungkeke 30. Muh.Sa’ing Dg./Kr.Bulu Kr.Arungkeke 31. Pakihi Raja Dg./Kr.Raja Kr.Arungkeke 32. M.jafar Bantang Dg./Karaeng Ngawing Kr.Arungkeke Yang pernah dilantik menjadi karaeng Baine antara lain: 33. Karaeng Baineya/ Toalu’ Daeng/Karaeng Taba Karaeng Arungkeke 34. Bulang Daeng/karaeng Romba karaeng Baineya istri Raja ke 8 35. Condong Daeng/Karaeng Simung Kareng Baineya istri Raja ke 9 36. Kalisong Dg.Datu’Karaeng Balua Istri Raja `19. ***
Video Pilihan
Komentar
Posting Komentar