Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Mandar airbaja versus Makassar Kalijodo

Keributan di Kalijodo, Belasan Luka Bacok dan Panah Dikutip dari kompas.com Minggu, 17 Maret 2013 | 10:03 WIB Penulis:   Ratih Prahesti Sudarsono Editor:  Agus Mulyadi JAKARTA, KOMPAS.com -  Keributan antarwarga terjadi di Jalan Trading RT 006/016, Kelurahan Penjagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utrara, Minggu (17/3/2013) dini hari. Sekitar 13 orang dari kedua belah pihak yang terlibat, menderita luka-luka akibat sabetan senjata tajam dan anak panah. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, keributan tersebut terjadi antara dua kelompok warga yakni kelompok Makasar Kalijodo dengan kelompok Mandar Airbaja. "Kedua kelompok saling serang dengan menggunakan senjata tajam," katanya, Minggu (17/3/2013) sekitar pukul 09.00 WIB. Warga yang terluka dan dirawat di RS Atmajaya adalah Irfan Saputra (17 tahun, luka panah pada bahu sebelah kiri), Mulyanto (27, luka bacokan pada pipi sebelah kanan), Abdul (25, luka b

Puger wetan mandar

Nelayan Puger - Jember Tampak dalam foto (hasil jepretan Vj Lie), seorang nelayan Puger sedang menambal lambung perahu yang bocor. Di lambung perahu, kita bisa mengerti apa nama perahu ini. Bajang Laut, atau anak laut. Apa benar warga Puger (terutama yang hidup di kawasan pesisir) adalah para Bajang Laut? Kita bisa mengkaitkannya dengan sebuah dusun di Puger bernama Mandaran. Diambil dari kata Mandar. Seperti yang kita ketahui, selain Bajo, Mandar adalah para pelaut ulung asal Sulawesi. Namun sebenarnya, suku Mandar lebih senang menyebut dirinya sebagai anak sungai, karena dalam bahasa Balanipa, Mandar itu artinya sungai (jika dalam konsep Sipamandaq, Mandar artinya, saling menguatkan). Ada kemiripan antara orang Mandar dengan bangsa yang bertempat tinggal di sepanjang pantai laut Tiongkok Selatan. Mereka senang menyebut dirinya putra-putra sungai. Hal di atas mengingatkan saya pada migrasi bangsa Austronesia. Menurut banyak pendapat sejarawan, bangsa Austronesia adalah bangsa-bangs

Nusa Barong

Diambil dari -------(teguh pambudi's blog)-------- Menatap Indonesia dan Dunia dari sisi yang tak biasa, ▼ Perlawanan Rakyat Pulau Nusa Barong Tentang perlawanan rakyat Nusa Barong ini, merupakan ihtiar saya untuk menunjukkan, bahwa masih banyaknya sejarah yang samar-samar masa lampau di Kabupaten Jember. Sejarah samar-samar tentang wong Jember itu, kemudian tenggelam oleh arus besar penulisan sejarah Jember yang berkisar pada masa industrialisasi perkebunan belanda akhir abad 19 dan seterusnya sampai masa revolusi kemerdekaan. Penenggelaman ini pada akhirnya melenyapkan ingatan kolektif masyarakat Jember akan kekayaan historis masa lalunya. Dalam kesejarahan Pulau Nusa Barong misalnya, pandangan masyarakat Jember secara umum, bahkan masyarakat Puger yang lebih dekat dengan Pulau Nusa Barong, hanya mengetahui samar-samar dan meyakini bahwa dari dahulu pulau ini sudah tak berpenghuni dikarenakan telah dihuni oleh para demit (bangsa mahluk halus), sehingga tak akan ada penduduk

Mandar Banyuwangi

Tulisan ini pertama saya lihat di grup kampung mandar Banyuwangi tapi sekarang sudah dihapus   Sejarah Kampung Mandar Di Bumi Blambangan (Banyuwangi) Datuk Puang Daeng "Kapitan Galak" Kampung Mandar adalah salah satu kampung tertua yang berada di Kabupaten Banyuwangi kota. Kampung yang terletak di pesisir Banyuwangi kota ini ,memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dilepaskan dari era Kerajaan Blambangan dan era Kolonialisme. Saat itu Banyuwangi masih berada pada masa kerajaan Blambangan dan masuknya suku mandar sendiri diperkirakaan pada abad 16/17 atas permintaan Raja Blambangan pada masa itu ,Raja Tawang Alun II (sekitar tahun 1650an,saat Ibukota Blambangan di Macan Putih)  yang memang punya hubungan diplomatis yang baik dengan kerajaan-kerajaan di Sulawesi khususnya. Menurut tutur dari keturunan langsung orang pertama yang membuka dan menempati wilayah kala itu juga diperkuat dari tulisan lontara yang isinya menceritakan pada masa peperangan dahu